Jurus Mengelola Rasa Dengan “Good” Meditation

Beberapa waktu yang lalu saya dapat insight untuk berlatih yang saya sebut dengan “Good” Meditation. Namun, sebelum Anda salah paham, saya sampaikan dulu bahwa di sini saya bukan sedang berbicara tentang cara meditasi yang baik.

“Good” Meditation adalah cara saya menghadang apapun yang saya temui, baik maupun buruk, dengan label kata “good“, sebelum kita menilai atau melabelinya lebih jauh dengan label-label tertentu, terutama yang kurang memberdayakan.

Misalnya, saat saya sedang skeptis terhadap sesuatu, dalam hati langsung saya ucapkan “good“. Sedang tidak setuju dengan pemikiran orang, saya katakan “good“. Sedang ketemu yang nyinyir, saya katakan “good“. Bahkan sampai ketika dalam diri saya sendiri muncul prasangka negatif, iri, dengki, kesombongan, merendahkan orang lain, dan semacamnya saya ucapkan “good” juga.

Lho, berarti itu sama saja dengan membenarkan pikiran negatif dong?

Jawabannya, sama sekali bukan. Karena ada banyak sekali makna “good” yang bisa dimunculkan.

Saat skeptis atau saat tidak setuju, “good” bisa dimaknai sebagai “beda pendapat itu biasa”. Saat ketemu orang yang nyinyir, “good” bisa berarti “orang ini sebenarnya sedang menderita hidupnya”, “orang ini kasihan”, atau kalau udah parah, sekalian dimaknai “bodoh banget nih orang”. Tapi setelah itu ngucap “good” lagi (karena itu juga pikirkan negatif) yang maknanya “Astaghfirullah…”

Ketika muncul prasangka negatif, iri, dengki, kesombongan, merendahkan orang lain, “good” bisa berarti “Terima kasih Ya Allah, sudah diingatkan dan diberi kemampuan menyadarinya”, bisa juga “Terima kasih Ya Allah, sudah menunjukkan penyakit hati saya yang perlu dibenahi”, “Aku menerima diri ini”, dan lain sebagainya.

Kalau Anda punya emosi tertentu yang sudah memuncak dan rasanya kepingin mengumpat (bahasa jawa : misuh), separah apapun itu, respon saja dengan menggunakan kata “good“. Walaupun batin Anda tidak berkata begitu.

Nanti akan terjadi semacam “kebingungan kecil” di dalam diri, antara makna negatif dari umpatan dengan makna “good” tadi. Tapi dengan begitu, pelan-pelan akan terjadi collapse atau akan rusak pola maupun aksesnya menuju respon dan emosi yang tidak memberdayakan tadi.

Ketika digunakan untuk merespon pikiran positif, label “good” bisa jauh lebih bermacam-macam lagi maknanya, tapi saya lebih nyaman memaknainya dengan “Terima kasih Ya Allah, sudah dimampukan berpikiran baik”.

Jadi, pada intinya di sini sebenarnya kata “good” diposisikan sebagai kata yang netral/nol. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kata punya getaran rasa yang berbeda bila diucapkan. Kata “cinta” dengan “love“, kalau Anda ucapkan dalam kalimat “aku cinta kamu” dan “i love you“, akan menghasilkan getaran rasa yang berbeda meskipun maknanya sama.

Nah di sini kita membiasakan posisi netral/nol-nya saja sudah dimulai dari kata “good” yang getarannya bagus, berarti nanti yang positifnya akan semakin good dan yang negatifnya tidak langsung negatif, karena ada jarak yang cukup jauh diantara getaran kata-kata negatif dengan getaran kata “good

Semoga bisa dipahami ya, kalau tidak pun nggak papa haha…

Terakhir…

Kata “good” ini adalah kata yang nyaman bagi saya, bagi Anda mungkin saja tidak begitu nyaman. Jadi kenali saja keyword nyaman Anda masing-masing.

Beberapa Guru saya mengajarkan, di situasi apapun, meskipun tidak enak, ucapkan “Alhamdulillah” dulu, memuji Tuhan dulu. Nah, mungkin Anda bisa mengikuti cara Guru saya ini juga. Kalaupun nyaman dengan kata “good” sama seperti saya, silahkan digunakan. Tapi, kalau nyaman dengan kata lainnya selain “good” atau “Alhamdulillah” tadi, silahkan gunakan itu.

Semoga bermanfaat, kalau mau dipraktikkan silahkan, mau diabaikan juga silahkan. Yang penting saya sudah sangat lega karena sudah selesai menuliskan apa yang ada di kepala saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Rosyiid Gede Prabowo