Mengapa Keyakinan/Belief-mu Bisa Menentukan Kehidupanmu?

Mengapa Keyakinan/Belief-mu Bisa Menentukan Kehidupanmu?

Suatu hari, saya menonton ceramah dari Gregg Braden (yang saya kenal sebagai seorang spiritual-scientist), dalam seminarnya The Power of Beliefs and Healing.

Beliau menjelaskan ada dua buah eksperimen yang ketika ditarik kesimpulan, akan ketemu jawaban kenapa kehidupan seseorang selaras dengan emosi, pikiran, perasaan, dan belief-nya.

Eksperimen pertama yaitu tentang kaitannya antara DNA dengan foton (partikel cahaya yang juga merupakan bahan penyusun materi di alam semesta ini).

Eksperimen ini terkenal dengan istilah “The DNA Phantom Effect” (efek hantu pada DNA).
Ini saya bukan mau ngomongin hal-hal ghaib lho ya… Hahaha…
Sumber Gambar : Adaris.ru Laboratory

Di eksperimen tersebut, foton-foton tadi dimasukkan ke dalam sebuah wadah tertutup. Di sana para peneliti menemukan bahwa foton-foton tersebut ternyata secara default pergerakannya tidak beraturan alias bergerak ke segala arah. (Lihat gambar sebelah kiri)

Di lain waktu, bersama foton-foton tersebut, dimasukkan sebuah untaian DNA.

Foton-foton pun mulai bergerak seolah-olah ada pengaturan yang membuatnya menyesuaikan bentuk dengan DNA tersebut. (Lihat gambar yang di tengah).

Nah, di waktu yang lain, untaian DNA tersebut kemudian diambil dari wadah dan dipisahkan dari foton-foton tadi.

Apa efeknya?

Ternyata foton-foton tersebut masih berbentuk sama seperti saat DNA dimasukkan, masih membentuk seperti untaian DNA, seolah para foton ini telah memiliki pengaturan sendiri. (Lihat gambar sebelah kanan)

Di eksperimen ini didapat simpulan bahwa “DNA changes matter”, DNA ternyata mampu mengubah materi.

Pada eksperimen kedua, peneliti menguji dampak emosi terhadap bentuk untaian DNA manusia.

Ketika DNA terkena emosi yang positif, bentuknya ternyata akan cenderung meregang dan rileks. Sebaliknya ketika terkena emosi negatif, bentuknya akan mengkerut seperti sebuah per yang ditekan.

Kalau di sini didapat bahwa “Emotion changes DNA”, emosi mampu mengubah bentuk DNA.

Dari dua hasil eksperimen tersebut, yaitu :

Eksperimen 1 = Emotion changes DNA

Eksperimen 2 = DNA changes matter

Jika ditarik kesimpulan, maka akan didapatkan bahwa ternyata “Emotion changes matter”, emosi mampu mengubah materi.

Yes, emosi kita bisa mengubah dan mempengaruhi partikel-partikel materi yang ada di sekitar kita.

Yang menarik menurut Gregg Braden, emosi kita ini seringkali bercampur dengan pikiran-pikiran tertentu, sehingga berubah menjadi feeling/perasaan yang pusatnya di jantung.

Nah para ilmuwan yang lain menemukan bahwa atom ternyata bisa berubah strukturnya bila dia terkena pancaran gelombang listrik dan gelombang magnet.

Pada tubuh manusia, jantung inilah yang punya pancaran gelombang listrik sekaligus gelombang magnet yang kuat.

Sehingga, kalau dari eksperimen tersebut berarti manusia dapat mengubah atom-atom di sekitarnya.

Feeling-lah yang mempengaruhi jantung dalam memancarkan gelombang elektromagnetiknya.

Ditambah lagi, feeling yang Anda akses terkadang juga dikombinasi dengan gambaran-gambaran mental bahwa seolah-olah apa yang Anda pikirkan benar-benar benar, akan terjadi, atau sudah terjadi, sehingga feeling tadi berubah menjadi belief.

Di sinilah kenapa ketika Anda sudah punya keyakinan/belief terhadap sesuatu hal, maka ia punya peluang untuk terwujud. Karena dalam penjelasan tadi, keyakinan/belief kita mengandung semua unsur yang dapat mengubah partikel-partikel materi.

Nah, kalau dimanfaatkan, perasaan seolah-olah sudah terjadi ini bisa sangat menguntungkan.

Ada sebuah video yang kemudian ditampilkan oleh Gregg Braden. Di video tersebut ditunjukkan bahwa ada 3 praktisi healing melakukan terapi kepada wanita penderita kanker dalam waktu kurang dari 3 menit. Dalam pantauan dengan USG yang realtime, kankernya terlihat perlahan-lahan mengecil dan kemudian menghilang.

Apa yang dilakukan 3 praktisi tersebut?

Sederhana… Mereka mengakses perasaan seolah-olah sudah terjadi, yaitu si pasien tersebut sudah mengalami penyembuhan. Sehingga, material pada sel kanker pun terpengaruh dan si pasien sembuh.

Seringkali orang mengatakan bahwa manusia menarik peristiwa tertentu sesuai pikiran, emosi, perasaan, dan belief yang sering diaksesnya. Sebenarnya lebih tepat dikatakan menciptakan (atau berpartisipasi dalam menciptakan) realitanya sendiri.

Maka, ubahlah pikiran, emosi, perasaan, dan belief Anda, supaya hidup Anda juga punya peluang untuk berubah.

Tuhan sebenarnya sudah memfasilitasi kita dalam memanajemen pikiran, emosi, perasaan, dan belief kita. Salah satunya, Dia membungkusnya dalam framework yang dikenal dengan nama ajaran agama.

Kalau di agama saya, Islam, perintah yang paling mendasar adalah kita diperintahkan untuk meyakini keesaan Allah dengan segala ke-MahaanNya.

Tauhid istilahnya…

Sehingga kalau seseorang sudah yakin padaNya dalam hal apapun, realita di hadapannya (yang sebenarnya ia ikut berpartisipasi dalam menciptakannya) akan terasa sudah sangat sempurna dan sudah sangat baik-baik saja, sekalipun kemasannya terlihat tidak menyenangkan bagi orang lain yang melihatnya. 🙏🏻

5 Comments

  1. Menurut saya ini relate dengan hadits qudsi.. “Aku sesuai prasangka hambaku terhadapku”. Relate juga LoA. Benar begitu Mas Rosyid ??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Rosyiid Gede Prabowo