Melihat Apa Yang Sebenarnya Dirindukan Jiwa Anda

Dalam salah satu bukunya, Guru Gede Prama, seorang Guru meditasi dari Bali, menuliskan sebuah paragraf pelajaran yang sangat menarik…

“Apa yang Anda cintai dalam waktu lama sedang bercerita tentang rahasia jiwa Anda, begitu bunyi sebuah pesan tua. Wanita yang suka berbicara, sering mengagumi pria pendiam. Pesannya, jiwa rindu keheningan. Pria yang tumbuh keras selama bertahun-tahun, biasanya suka wanita dengan penampilan lembut. Jejak maknanya, jiwa rindu akan kelembutan. Para remaja putri yang bermasalah dengan ayahnya, mudah jatuh cinta pada orang yang diduga dewasa. Bimbingannya, jiwa berpesan agar yang bersangkutan cepat tumbuh dewasa. Pria yang mudah tertarik pada wanita cantik, jiwanya sedang mengarahkan yang bersangkutan untuk banyak belajar keindahan.”

Sama juga dengan postingan-postingan sosial media Anda atau apa yang sehari-hari Anda pikirkan. Tanpa sadar, sebenarnya itulah yang sedang Anda cintai dan itu artinya jiwa Anda sedang merindukan hal yang sebaliknya.

Kalau Anda menyadarinya, dengan izinNya Anda akan bisa mendengarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh jiwa Anda.

Bila Anda selalu meributkan sesuatu di pikiran maupun postingan, jangan-jangan jiwa Anda sedang merindukan kedamaian yang telah lama jauh dari Anda?

Ada orang-orang di luar sana yang pikiran dan postingannya sering menganggap rendah orang yang sedang berupaya menjalankan agamanya dengan cara mengeraskan suara. Mungkin artinya jiwanya sudah lama rindu agar diri dan orang di sekeliling menjalankan agama dengan cara yang menyejukkan.

Saat kita sering spontan menyalahkan pikiran dan pemahaman orang lain. Mungkinkah jiwa kita sebenarnya rindu memahami tentang kebenaran sejati yang masih jauh dari sini?

Dan diantara yang senang sekali memposting hal-hal yang berisi kebijaksanaan, bisa jadi ada yang sebenarnya mempunyai perilaku yang masih jauh dari kebijaksanaan. Karena sebenarnya jiwanya sedang kekurangan kebijaksanaan itu. Hanya saja jarang yang secara jujur mengakui.

“Begitulah manusia…”, kata salah seorang guru saya. Terkadang banyak ketidakcocokan antara perbuatan dengan keinginan jiwanya yang sesungguhnya. Namun itulah tahapan di mana kita bisa belajar. Dalam keadaan hening, menepi, menyendiri, atau berduaan dengan diri kita sendiri, sambil berdzikir (mengajak diri untuk ingat), tafakkur (mengajak diri untuk berpikir), tadabbur (mengajak diri untuk mempelajari), kita bisa mulai memahami ketidakselarasan yang ada pada diri kita, lalu mulai menyelaraskannya kembali.

Bukan hanya perlu sekali dua kali, tapi setiap kali. Setiap kali gejolak dalam diri muncul, sebenarnya itulah saatnya kita mendengarkan pesan dari jiwa ini. Baik saat di keramaian maupun saat sendiri.

Inilah treatment untuk jiwa kita sehari-hari, selama nafas masih diberi, yaitu berupaya tetap menyadari bila ada yang kurang selaras di dalam diri lalu berlatih untuk membenahi.

“Bukan seseorang yang bersih dari kesalahan lah yang baik, tapi seseorang yang tiap kali berbuat salah, ia bersegera ingat, mengakui kesalahannya, dan memperbaiki serta membersihkan hatinya”, begitulah yang saya ingat dari salah satu guru saya yang kebijaksanaannya saya kagumi.

Jadi, jika sekarang diri Anda sedang sangat mencintai sesuatu, cobalah meneliti lagi, di balik semua ini sedang merindukan apakah jiwa Anda?

1 Comments

Leave a Reply to 34.01htt9ggj45j0h6b60ewm15p5m@mail5u.fun Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Rosyiid Gede Prabowo